W E L C O M E
Media online ini dapat digunakan oleh Siswa untuk membantu mendapatkan informasi seputar Geografi agar dapat memperoleh hasil yang maksimal
Rabu, 30 Mei 2012
BIG BANG (Part 2)
BIG BANG (Part 2)
Sejarah dan perkembangan teori
Teori ledakan dahsyat dikembangkan berdasarkan pengamatan pada stuktur alam
semesta beserta pertimbangan teoritisnya. Pada tahun 1912, Vesto
Slipher adalah orang yang pertama mengukur efek Doppler pada "nebula
spiral" (nebula spiral merupakan istilah lama untuk galaksi
spiral), dan kemudian diketahui bahwa hampir semua nebula-nebula itu menjauhi
bumi. Ia tidak berpikir lebih jauh lagi mengenai implikasi fakta ini, dan
sebenarnya pada saat itu, terdapat kontroversi apakah nebula-nebula ini adalah
"pulau semesta" yang berada di luar galaksi Bima Sakti. Sepuluh tahun kemudian, Alexander Friedmann, seorang kosmologis dan
matematikawan Rusia, menurunkan persamaan
Friedmann dari persamaan relativitas umum Albert Einstein. Persamaan ini menunjukkan bahwa
alam semesta mungkin mengembang dan berlawanan dengan model alam semesta yang
statis seperti yang diadvokasikan oleh Einstein pada saat itu. Pada tahun 1924, pengukuran Edwin Hubble
akan jarak nebula spiral terdekat menunjukkan bahwa ia sebenarnya merupakan galaksi lain. Georges
Lemaître kemudian secara independen menurunkan persamaan Friedmann
pada tahun 1927 dan mengajukan bahwa resesi nebula yang disiratkan oleh
persamaan tersebut diakibatkan oleh alam semesta yang mengembang.
Pada tahun 1931 Lemaître
lebih jauh lagi mengajukan bahwa pengembangan alam semesta seiring dengan
berjalannya waktu memerlukan syarat bahwa alam semesta mengerut seiring
berbaliknya waktu sampai pada suatu titik di mana seluruh massa alam semesta
berpusat pada satu titik, yaitu "atom
purba" di mana waktu dan ruang bermula.
Mulai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet indikator jarak yang
merupakan cikal bakal tangga
jarak kosmis menggunakan teleskop Hooker 100-inci (2,500 mm) di
Observatorium Mount Wilson. Hal ini
memungkinkannya memperkirakan jarak antara galaksi-galaksi yang pergeseran merahnya telah diukur, kebanyakan oleh
Slipher. Pada tahun 1929, Hubble menemukan korealsi antara jarak dan kecepatan
resesi, yang sekarang dikenal sebagai hukum Hubble. Lemaître
telah menunjukan bahwa ini yang diharapkan, mengingat prinsip kosmologi.
Gambaran mengenai satelit WMAP
yang mengumpulkan berbagai data untuk membantu para ilmuwan memahami ledakan
dahsyat
Semasa tahun 1930-an, gagasan-gagasan lain diajukan sebagai kosmologi
non-standar untuk menjelaskan pengamatan Hubble, termasuk pula model
Milne, alam
semesta berayun (awalnya diajukan oleh Friedmann, namun
diadvokasikan oleh Albert Einstein dan
Richard
Tolman) dan hipotesis cahaya
lelah (tired light) Fritz
Zwicky.
Setelah Perang Dunia II,
terdapat dua model kosmologis yang memungkinkan. Satunya adalah model
keadaan tetap Fred Hoyle, yang
mengajukan bahwa materi-materi baru tercipta ketika alam semesta tampak
mengembang. Dalam model ini, alam semesta hampirlah sama di titik waktu
manapun. Model lainnya adalah teori ledakan
dahsyat Lemaître,
yang diadvokasikan dan dikembangkan oleh George Gamow, yang kemudian memperkenalkan nukleosintesis ledakan
dahsyat (Big Bang Nucleosynthesis, BBN) dan yang kaitkan oleh, Ralph
Alpher dan Robert
Herman, sebagai radiasi latar panjang gelombang kosmis (cosmic
microwave background radiation, CMB). Ironisnya, justru adalah Hoyle yang
mencetuskan istilah big bang untuk merujuk pada teori Lemaître dalam
suatu siaran radio BBC pada bulan Maret 1949. Untuk sementara, dukungan para
ilmuwan terbagi kepada dua teori ini. Pada akhirnya, bukti-bukti pengamatan
memfavoritkan teori ledakan dahsyat. Penemuan dan konfirmasi radiasi latar
belakang mikrogelombang kosmis pada tahun 1964 mengukuhkan ledakan dahsyat sebagai
teori yang terbaik dalam menjelaskan asal usul dan evolusi kosmos. Kebanyakan
karya kosmologi zaman sekarang berkutat pada pemahaman bagaimana galaksi
terbentuk dalam konteks ledakan dahsyat, pemahaman mengenai keadaan alam
semesta pada waktu-waktu terawalnya, dan merekonsiliasi pengamatan kosmis
dengan teori dasar.
Berbagai kemajuan besar dalam kosmologi ledakan dahsyat telah dibuat sejak
akhir tahun 1990-an, utamanya disebabkan oleh kemajuan besar dalam teknologi teleskop dan analisis data yang berasal dari
satelit-satelit seperti COBE, Teleskop luar
angkasa Hubble dan WMAP.
Sumber : Wilkipedia, 2012
Salam Kebumian, SAVE OUR EARTH
Senin, 21 Mei 2012
BIG BANG (Part 1)
BIG BANG (Part 1)
Menurut
model ledakan dahsyat, alam semesta
mengembang dari keadaan awal yang sangat padat dan panas dan terus mengembang
sampai sekarang. Secara umum, pengembangan ruang semesta yang mengandung galaksi-galaksi
dianalogikan seperti roti kismis yang mengembang. Gambar di atas merupakan
gambaran konsep artis yang mengilustrasikan pengembangan salah satu bagian dari
alam semesta rata.
Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan sebuah peristiwa
yang menyebabkan pembentukan alam semesta
berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk
awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan
Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat). Berdasarkan pemodelan ledakan
ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang
secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun
2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan
sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan
paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.
Adalah Georges
Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan
teori ledakan dahsyat mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya
sebagai "hipotesis atom
purba". Kerangka model teori ini bergantung pada relativitas umum Albert Einstein dan beberapa asumsi-asumsi
sederhana, seperti homogenitas
dan isotropi
ruang. Persamaan yang mendeksripsikan teori ledakan dahsyat dirumuskan oleh Alexander
Friedmann. Setelah Edwin Hubble
pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus
dengan geseran merahnya,
sebagaimana yang disugesti oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap
mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki
kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita: semakin
jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya.
Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau
sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini
secara rinci mengarahkan pada suatu keadaan massa jenis dan suhu
yang sebelumnya sangat ekstrem. Berbagai pemercepat partikel
raksasa telah dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi tersebut, yang
menjadikan teori
tersebut dapat konfirmasi dengan signifikan, walaupun pemercepat-pemercepat ini
memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang
berhubungan dengan pengembangan awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak
dan tidak dapat memberikan beberapa penjelasan mengenai kondisi awal
alam semesta, melainkan mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan
umum alam semesta sejak pengembangan awal tersebut. Kelimpahan unsur-unsur
ringan yang terpantau di seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi
pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses nuklir di dalam kondisi alam
semesta yang mengembang dan mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam
semesta sebagaimana yang diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan
dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang
pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang
mendukung model kosmologis alternatif "keadaan
tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif,
namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini
hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini. Hoyle kemudian memberikan sumbangsih
yang besar dalam usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan
unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah
penemuan radiasi latar mikrogelombang kosmis pada tahun
1964, kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan
dahsyat haruslah pernah terjadi.
Sumber : Wilkipedia, 2012
Salam Kebumian, SAVE OUR EARTH
Kamis, 03 Mei 2012
HUT SMA Negeri 40 Jakarta
HUT SMA 40 JAKARTA
Video dan berita diatas dapat di lihat melalui www. BeritaJakarta.com
FOTO - FOTO KEMERIAHAN ULTAH SMA 40 JAKARTA KE-36
Kerontjong Toegoe "Lagu Pembuka" |
Kerontjong Toegoe "Lagu Portugis" |
Kepala Sekolah & Para pejabat |
Tari Saman |
Gubernur DKI Jakarta |
Gubernur dan Paduan Suara |
Paduan Suara |
Tari Tradisional |
Teater |
Siswi SMA 40 |
Band Sekolah |
RAN & Fans |
Gaya atraktif RAN |
RAN Perform |
RAN Loves 40 |
Salam Kebumian, SAVE OUR EARTH
Langganan:
Postingan (Atom)