W E L C O M E

Media online ini dapat digunakan oleh Siswa untuk membantu mendapatkan informasi seputar Geografi agar dapat memperoleh hasil yang maksimal

Rabu, 29 Agustus 2012

EROSI ( Part 2)


EROSI 
Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.
Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. 

Sedimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan. Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.

Kondisi jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.




Sumber : Wilkipedia, 2012
 
 
  

Salam Kebumian,  SAVE OUR EARTH 



EROSI (Part 1)


EROSI
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.

Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. 

Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.

Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.




Sumber : Wilkipedia, 2012
 
 

Salam Kebumian,  SAVE OUR EARTH



Kamis, 16 Agustus 2012

Danau Toba


DANAU  TOBA

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir. Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. 

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut. Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. 

Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya. Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. 

Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya. Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba. Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. 

Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.
 

Sumber : http://www.all-about-indonesia.co.cc, 2012

 

 Salam Kebumian,  SAVE OUR EARTH 




Selasa, 14 Agustus 2012

Daerah Terendah di Dunia

LAUT MATI
Nama laut yang cenderung menyeramkan 'mati', namun justru banyak dikunjungi wisatawan. Laut unik yang bisa dibuat nyantai karena tidak akan tenggelam akibat kandungan garamnya yang tinggi. Laut mati, tetapi tidak mematikan, justru mengapungkan manusia yang terjun bebas ke dalam laut. Laut ini sebenarnya bukanlah laut seperti kebanyakan lautan yang luas menuju samudera. Sebab ia ibarat danau yang luas. Penyebutan laut karena beberapa alasan, antara lain karena airnya yang asin dan lahan danau ini memang sangat luas.

Panjang laut ini mencapai 47 mil atau sekitar 75 km lebih, dan memiliki lebar mencapai 10 mil atau sekitar 16 km. Sementara dalamnya laut ini bisa mencapai 422 meter. Laut Mati ini terletak di persimpangan dan perbatasan beberapa negara. Di sisi sebelah Barat, laut ini diapit oleh negara Israel dan Palestina (Tepi Barat) dan di sisi Timur adalah berada dalam kawasan Yordania. Konon wilayah laut ini adalah daerah yang paling rendah di dunia. Posisinya adalah 422 meter di bawah permukaan laut.

Laut Mati ini biasa disebut juga dengan Laut Garam karena perairannya mengandung 33,7% garam (sekitar 8,6 kali lebih banyak dari kandungan garam di laut biasa). Keunikan inilah yang membuat banyak benda akan terapung, termasuk tubuh manusia.  Nama laut ini pun sebenarnya telah dihaluskan dari terjemahan bahasa Ibrani lama yang menyebut 'Yam ha Maved' yang berarti ‘Laut Pembunuh’, sedangkan dalam bahasa Arab namanya adalah 'Bahrul Mayyit' yang artinya ya sama yaitu Laut Mati juga.

Kenapa disebut laut mati? Fakta pertama yang bisa dilihat adalah di laut ini tidak ada ikan yang hidup. Ini disebabkan kadar keasinan yang begitu tinggi. Begitu juga binatang laut lainnya. Jangankan hidup, berenang pun ikan akan sulit karena dia pasti akan terapung terus. Maka binatang sejenis ikan tidak bisa hidup di sini.

Fakta kedua, ada satu sungai Yordan yang airnya mengalir menuju laut ini. Namun air yang sudah masuk ke laut ini tidak akan mengalir dan bergeser dan di buang ke tempat lain. Padahal di tempat lain di Yordan ada juga danau yang tidak asin di tempat lain yang akan menerima aliran air dan memberikan pada orang lain jika sudah berlimpah, termasuk memberi manfaat untuk kehidupan, semisal bisa diminum dan untuk penopang hidup makhluk lain di sekitarnya. Smeentara di laut mati, semua akan berhenti di situ, termasuk tidak bisa memberi efek semisal digunakan minum, bahkan tak sedikit orang yang menjauh dari laut ini, karena juga menyimpan bau garam yang menyengat.

Fakta ketiga berkaitan dengan sejarah. Asal-muasal terjadinya Laut Mati ini disebutkan dalam kitab suci Umat Islam dan Kristen juga. Disebutkan di sana bahwa Nabi Luth diperintahkan Tuhan untuk memperingatkan kaumnya yang melegalkan perilaku homoseksual. Karena umat Luth mengabaikan seruan sang Nabi, maka Tuhan memerintahkan Nabi Luth untuk menyingkir dari kota Sodom dan Gomorah itu. Laknat Tuhan datang melalui sebuah gempa vulkanis yang diikuti letusan lava, kota-kota tersebut diruntuhkan, lalu dijungkirbalikkan hingga semuanya masuk ke dalam Laut Mati ini. Inilah bukti sejarah mematikan dan penenggelaman dari sebuah kaum yang juga berujung pada kematian. Ini pula yang konon melatari penyebutan laut mati dalam berbagai versi, termasuk bahasa Ibrani dan Arab di atas. 

Sumber : www. Laksanaberita.info,  2012


 
Salam Kebumian,  SAVE OUR EARTH