W E L C O M E

Media online ini dapat digunakan oleh Siswa untuk membantu mendapatkan informasi seputar Geografi agar dapat memperoleh hasil yang maksimal

Sabtu, 07 Juli 2012

BUNGKER BELANDA (Part 1)

Bungker Rahasia Militer Belanda di Cisauk

Sebuah rumah indis bergaya Eropa-China akhir abad ke-19 telah bersaksi atas retasan masa sebuah desa pada awal berdirinya Republik ini. Tempat perlindungan bawah tanah di Cisauk ini tampaknya merupakan peninggalan militer Belanda. Fungsinya adalah untuk melindungi penghuni dari serangan udara. Ruangannya cukup untuk  dapat menampung duapuluh orang. (Mahandis Y. Thamrin/NGI) 

Keringat membasahi wajah John Verbeek tatkala dia mengarahkan lampu senternya ke segala penjuru kamar yang kini dijadikan sebagai gudang nan lembap dan gelap itu. Lampu senternya tertuju pada coretan-coretan dari pensil di dinding bercat putih itu. Sambil menyeka keringat di dahi, dia tertegun pada sebuah infografis militer yang ditulis dengan rapi dan masih terlihat jelas: “Sinds 22-1-49 Buitgemaakte wapens en munite door I.V.D.-3-2 R.V.A, Tjisaoek.”
Verbeek, lelaki lima puluh tahunan yang selalu bersemangat ini adalah pemerhati bangunan pertahanan militer asal Den Haag, Belanda. Setidaknya lima ratus lokasi di Indonesia telah dia datangi untuk mendata sejarah tinggalan militer masa Hindia Belanda dan Jepang itu. Berdasar informasi dan arsip perpustakaan di Belanda, setiap tahun dia pergi menjelajah ke pelosok daerah di Indonesia.

“Tulisan ini dibuat pada awal 1949,” ungkap Verbeek sambil menunjuk judul tulisan dinding berbahasa Belanda, “ini menerangkan senjata dan amunisi yang berhasil dirampas oleh Resimen Artileri Medan Belanda dari tangan Republik.” Di bawah tulisan itu terdapat semacam kolom infografis yang menunjukkan senarai logistik militer seperti karbin, stengun atau senapan otomatis, revolver, tekidanto atau granat Jepang, mortir berbagai ukuran, granat tangan, dan peluru. Semuanya senjata-senjata dan amunisi itu dibuat ikonnya dengan rapi. “Tampaknya kamar ini digunakan sebagai pos komando militer.”


 Sumber : National Geographic Indonesia, 2012


Salam Kebumian,  SAVE OUR EARTH
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar