Bungker Rahasia
Militer Belanda di Cisauk
Tidak berlebihan apabila
kamar pengap ini seolah mengantarkan Verbeek ke lorong waktu awal berdirinya
Republik ini. Selagi mengamati keadaan kamar, dia menunjuk sederet
lubang-lubang di dinding. “Ini adalah bekas tembakan!” ujarnya seraya
menginvestigasi. “Nah, arahnya dari sebelah sana,” ungkapnya. Sejatinya
apa yang telah terjadi di kamar ini enam puluh tiga tahun lalu?
Verbeek masih memeriksa
dinding itu dengan saksama. Dia membuka kaca matanya, lalu mendekatkan
pengelihatannya ke coretan-coretan pensil lainnya. Lelaki ini mencoba
menafsirkan apa saja yang telah ditulis tentara-tentara Belanda pada beberapa
minggu setelah Agresi Militer II meletus. “Broodrantsoen!” ungkapnya
pada sebuah tulisan berarti “Jatah Roti” itu.
Dari logistik ini bisa
diketahui siapa saja yang terlibat dalam operasi militer di Cisauk ini. Sebuah
senarai di bawahnya menjelaskan bahwa mereka tentara-tentara dari kesatuan KL (Koninklijke
Landmacht atau Tentara Kerajaan) dan KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch
Leger atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda), serta dua kesatuan lainnya
yang belum teridentifikasi.
John Verbeek berusaha membaca pesan dari pensil
yang tertulis di dinding kamar yang pengap dan lembap. Menurutnya, banyak
informasi yang didapatkan di kamar ini seputar aktivitas militer Belanda pada
awal 1949 di Cisauk.
Dia beralih ke dinding
dekat jendela yang selamat dari berondongan tembakan. Pendaran lampu senternya
menerangi sebuah tulisan ”Slotten” yang tampaknya menunjuk pada orang-orang
kunci tokoh Republik.
Tulisan nama-nama itu sudah kabur, nyaris tak terlihat lagi. Namun, dia mencoba membacanya. Dari delapan nama hanya lima yang masih terbaca: Djaja, Hammam, Oedjang, Moechlis, M. Ishak, dan Soehada. Seluruh nama tadi bertanda coret dan dibelakangnya bertanda silang, kecuali Oedjang yang hanya diberi tanda tanya.
Tulisan nama-nama itu sudah kabur, nyaris tak terlihat lagi. Namun, dia mencoba membacanya. Dari delapan nama hanya lima yang masih terbaca: Djaja, Hammam, Oedjang, Moechlis, M. Ishak, dan Soehada. Seluruh nama tadi bertanda coret dan dibelakangnya bertanda silang, kecuali Oedjang yang hanya diberi tanda tanya.
Siapa orang-orang itu
masih misteri. Menurut Verbeek, mungkin kita bisa saja mengecek nama-nama ini
di Taman Makam Pahlawan Seribu di Serpong. “Saya yakin nama-nama ini bukan
pengkhianat Republik,” ungkap Verbeek.” Tidak mungkin nama para kolaborator
ditulis di dinding.”
Salam Kebumian, SAVE OUR EARTH
Sumber : National Geographic Indonesia, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar